SUATU HARI DI FILOSOFI KOPI
(Dokumen Pribadi)
Kala itu di suatu akhir pekan, aku bersama seorang kawan mencoba mencari pelarian dari rutinitas kami yang begitu monoton belakangan ini. Supaya “tidak gila”, pikir kami, kami pun kemudian bersepakat untuk menikmati kopi di sebuah kedai kopi bernama Filosofi Kopi. Aku yang militan akan kopi, tak memerlukan waktu lama untuk mengiyakan dengan senang hati ajakan darinya. Kedai kopi yang kami kunjungi berlokasi di Kawasan Kota Lama Semarang. Kesan pertamaku terhadap kedai tersebut adalah “Ok! Inilah tempatnya”. Indra penglihatanku menangkap sentuhan industrial yang kental akan suasana sibuk di sana. Bertolak belakang dengan tampilan luar bangunannya yang bertipe heritage karena memang merupakan bangunan kolonial, interior dari Filosofi Kopi Semarang sendiri ramai dengan unsur besi. Namun demikian, di tengah-tengah lautan industrial yang modern, terdapat sisi vintage dengan penggunaan furniture kursi rotan yang khas. Selain itu, keberadaan penerangan yang warm light semakin meningkatkan nilai kolaborasi yang unik tanpa mengurangi unsur cozy sama sekali.
(Dokumen Pribadi)
Sudah lama aku penasaran dengan Piccolo dan kebetulan Piccolo tersedia di Filosofi Kopi. Aku pun memutuskan untuk memesan Piccolo tatkala seorang barista menanyakan pesananku. “Sebelumnya sudah tahu apa itu Piccolo?”, tanya barista tersebut setelah aku mengatakan apa pesananku. “Sudah” jawabku mantap walau hari itu adalah kali pertamaku mencoba Piccolo. Sebelumnya, aku sudah mencari tahu terlebih dahulu terkait seluk-beluk Piccolo supaya setidaknya aku memiliki gambaran sebelum mencobanya secara langsung. Sebagai teman untuk segelas Piccolo, aku juga memesan satu porsi Pancake Original. “Pilihan yang tepat!” ucap sang barista spontan. Mendengarnya aku tersentak, karena sejujurnya aku asal saja memilih menu tersebut. Sementara aku memesan Piccolo dan Pancake Original, kawanku memesan secangkir Cappuccino dan seporsi Tiramisu (salah satu dessert yang menjadi menu best seller di Filosofi Kopi).
(Dokumen Pribadi)
Setelah pesanan siap dan kami sudah duduk dengan nyaman di kursi rotan yang tersedia, prosesi pun dimulai dengan terlebih dahulu mendokumentasikan hidangan yang ada di hadapan dengan kamera gawai seadanya. Kusesap Piccolo-ku dengan perlahan. Strong but smooth. Berdasarkan hasil penelusuranku, Piccolo merupakan salah satu turunan dari Espresso (inti kopi) yang telah dicampur dengan susu namun dengan komposisi susu yang paling sedikit dibandingkan varian kopi milk based yang lainnya. Meskipun begitu, sentuhan milky-nya masih begitu jelas terasa walaupun bersanding dengan pekatnya kopi. Layaknya Espresso, Piccolo juga disajikan di dalam gelas kecil. Unik, kesimpulan yang dapat aku tarik setelah merasakan sensasi Piccolo. Terlebih lagi dinikmati bersama sepiring Pancake Original yang dilengkapi dengan potongan kecil butter yang meleleh di atasnya serta disiram dengan guyuran maple syrup, memang perpaduan yang pas. Segelas Piccolo dibanderol dengan harga Rp28.000,00 sedangkan satu porsi Pancake Original dibanderol dengan harga Rp29.000,00. Harga yang menurutku sepadan dengan kualitas dan rasa yang diberikan. Recommended 👌
Komentar
Posting Komentar