KETIKA SEMUA TAK LAGI SAMA

(Dokumentasi Pribadi)

Tak ada lagi peralatan sekolah serba baru di setiap awal ajaran sekolah dimulai. Tak ada lagi air mata tumpah hanya karena tidak dibelikan mainan oleh ayah atau ibu. Tak ada lagi rasa sakit hanya karena satu hal yang remeh seperti jatuh dari sepeda. Kini, segala sesuatunya terasa tidak mudah. Bangun tidur dengan pikiran semalam yang masih tersisa hingga kembali tidur dengan tak jarang membawa pikiran-pikiran baru untuk menjadi teman pengiring tidur selain doa. Semuanya, tak lagi sama. Rasa lelah bukan datang akibat terlalu banyak bermain petak umpet dengan kawan-kawan semata, melainkan datang secara terus-menerus dari hal-hal kecil yang berasal dari mana saja. Perlahan-lahan membukit hingga pada masanya tiba semuanya terasa berat untuk dilenyapkan. Ingin berlari, percuma, karena sesaat. Ingin kembali menjadi anak kecil, mustahil. Mempertanyakan eksistensi diri pada akhirnya.

“Untuk apa aku dilahirkan?”
“Apakah ada artinya aku di dunia yang fana ini?”
“Bagaimana kalau aku tidak berguna?”

Saat semuanya teramat berat, ketika rasa hampa tak kunjung hilang, saat begitu banyak hal terasa memuakkan, dan ketika segala sesuatunya terkesan sia-sia, sebuah kalimat “AKU TIDAK MENYUKAI HIDUPKU DAN AKU TIDAK BAHAGIA!” bisa jadi terasa begitu ringan kemudian untuk diucapkan tanpa peduli bagaimana perasaan dua orang manusia yang telah begitu kesusahan membesarkan seorang manusia yang dengan mudahnya mengutarakan ketidakbahagiaannya terhadap hidup. Ia sibuk menyalahkan hingga tidak punya waktu untuk memahami kesedihan yang jelas akan dirasakan oleh kedua manusia tersebut jika mengetahui bahwa seseorang yang mereka berdua kasihi tidak bahagia di saat mereka telah begitu keras berusaha untuk membahagiakan seseorang tersebut bahkan dengan mengorbankan kebahagiaan mereka sendiri. Padahal, bukankah hal yang tidak mudah ketika harus membuat orang lain bahagia tatkala diri sendiri juga perlu bahagia?

Komentar

Postingan Populer