PENDAKIAN GUNUNG PRAU (PART 1)
(Dokumen Pribadi)
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya aku bisa kembali berpetualang. Bukan berpetualang ke dunia imajinasi seperti biasanya, melainkan petualangan ke alam bebas. Alhamdulillah, aku masih diberi kesehatan, rezeki, dan waktu untuk menengok secara langsung mahakarya Tuhan yang tak satu pun manusia dapat melampaui kehebatannya.
Kali ini, aku memutuskan untuk berkunjung ke Gunung Prau yang masih satu kawasan dengan Gunung Kembang. Gunung Kembang sendiri merupakan gunung pertama yang pernah aku daki tepatnya pada tahun 2018. Sama dengan Gunung Kembang, Gunung Prau juga memiliki ketinggian 2000-an mdpl.
Terletak di Kabupaten Wonosobo, pendakian ke Gunung Prau aku lakukan bersama seorang kawan. Meskipun berangkat hanya berdua, namun setibanya di basecamp Gunung Prau Via Wates kami bertemu dengan rombongan open trip dari Jakarta dan Surabaya.
Aku dan kawanku berangkat dari Tegal ke Wonosobo pada tanggal 12 November 2021. Kami berdua memilih untuk pergi ke Wonosobo lewat jalur Purwokerto. Untuk menuju ke Purwokerto, kami menaiki kereta Kamandaka dengan tarif Rp 70.000 per orang dan memakan waktu kurang lebih 2 jam. Sesampainya di stasiun Purwokerto, kami langsung menuju ke terminal terdekat dengan menggunakan ojek untuk mencari bus jurusan Purwokerto-Terminal Mendolo Wonosobo. Tarif bus jurusan Purwokerto-Terminal Mendolo yaitu sekitar 30-45 ribuan.
Dikarenakan kami memulai perjalanan dari Purwokerto ke Terminal Mendolo pada sore hari, maka tak heran jika kami berdua benar-benar sampai di Terminal Mendolo pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB.
Setelah benar-benar sampai di Terminal Mendolo, aku dan kawanku sepakat untuk bermalam di salah satu area terminal yang berdekatan dengan warung makan. Kebetulan, area tersebut memang sering dimanfaatkan oleh para pendaki untuk sekadar beristirahat atau bahkan bermalam seperti yang aku dan kawanku lakukan.
Kalau boleh jujur, area terminal tempatku bermalam terbilang cukup nyaman karena tidak hanya dekat dengan warung melainkan juga mushola dan toilet. Tak sampai di situ, keamanannya juga terbilang baik walaupun area itu termasuk area terbuka. Ibu-ibu pemilik warungnya pun sangat ramah dan mampu menyingkirkan kekhawatiranku.
Aku dan kawanku yang sedari tadi menahan lapar pun akhirnya dapat segera memuaskan perut yang keroncongan tidak lama setelah sampai di terminal. Aku bersyukur, karena masakan yang dijual oleh ibu-ibu ramah tadi begitu lezat dan cocok dengan lidah kami berdua. Alhasil, kami pun menyantapnya dengan lahap dan segera bersih-bersih setelahnya.
Untungnya, jarak antara mushola dengan rest area pendaki sangatlah dekat dan hanya membutuhkan kurang dari 10 langkah. Jadi, kami bisa melaksanakan ibadah dengan tepat waktu.
Setelah perut kenyang dan tubuh bersih, aku dan kawanku segera tidur supaya keesokan harinya yakni tanggal 13 November 2021 kami bisa bangun sepagi mungkin dan berangkat ke basecamp tepat waktu. Oh iya, pada malam itu, hanya aku dan kawanku lho yang bermalam di rest area pendaki Terminal Mendolo. Meskipun sedikit takut, namun kami berdua tetap bisa tidur dengan nyenyak dan terbangun di waktu subuh.
Komentar
Posting Komentar